2025-04-22 | admin3

Hidangan Bekas Gigitan Tikus: Nasi Sisa Malam dan Bahaya Kesehatan yang Terabaikan

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, praktik menyimpan makanan sisa sering kali dianggap sebagai solusi praktis untuk mengurangi pemborosan. Namun, apa jadinya jika nasi sisa semalam yang kita simpan justru menjadi sarang ancaman kesehatan? Baru-baru ini, viral sebuah kasus di media sosial tentang seorang warga di Jakarta Timur yang menemukan nasi sisa malamnya telah menjadi “hidangan bekas gigitan tikus“. Kisah ini bukan hanya memicu kejutan, tetapi juga mengangkat pertanyaan serius tentang kebersihan, kesadaran masyarakat, dan risiko kesehatan yang sering diabaikan.

Fakta di Balik Insiden: Dari Dapur ke Meja Makan

Menurut laporan, korban—sebut saja Bu Sari—menyimpan nasi sisa makan malam di dalam magic com yang tidak tertutup rapat. Keesokan paginya, ia menemukan bekas gigitan tikus pada nasi tersebut, lengkap dengan kotoran hewan pengerat itu di sekitar peralatan dapur. Insiden ini bukanlah kasus isolasi. Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, sekitar 15% laporan keracunan makanan di wilayah urban berasal dari kontaminasi rajazeus situs online tikus atau serangga pada makanan yang disimpan sembarangan.

Tikus, sebagai hewan yang hidup di lingkungan kotor, membawa bakteri seperti SalmonellaLeptospira, dan virus penyebab penyakit berbahaya. Gigitan atau kontak tidak langsung melalui makanan yang terkontaminasi dapat memicu leptospirosis, demam tifoid, hingga gangguan pencernaan akut. Dr. Anisa Rahmawati, ahli kesehatan masyarakat, menjelaskan: “Kotoran atau air liur tikus yang menempel pada makanan bisa menjadi medium penularan penyakit. Apalagi jika makanan tidak dipanaskan ulang dengan suhu yang cukup.”

Kebiasaan Menyimpan Makanan: Antara Hemat dan Risiko

Kebiasaan menyimpan nasi sisa malam sebenarnya lazim di masyarakat Indonesia, terutama di kalangan menengah ke bawah yang berusaha menghemat pengeluaran. Namun, minimnya kesadaran tentang cara penyimpanan yang aman menjadi masalah krusial. Banyak keluarga masih menggunakan wadah terbuka atau membiarkan makanan dalam kondisi tidak tertutup, sehingga menarik perhatian tikus, kecoa, atau lalat.

Faktor lingkungan juga turut berperan. Pemukiman padat penduduk dengan sanitasi buruk, seperti saluran air tersumbat atau tumpukan sampah yang tidak terkelola, menjadi habitat ideal bagi tikus untuk berkembang biak. Tikus rumah (Rattus rattus) dan tikus got (Rattus norvegicus) adalah spesies yang paling sering ditemui di perkotaan. Mereka mampu masuk ke celah-celah kecil, bahkan memanjat dinding untuk mencapai sumber makanan.

Respons Pemerintah dan Kesadaran Masyarakat

Insiden yang menimpa Bu Sari menyoroti lemahnya pengawasan terhadap standar kebersihan rumah tangga. Meski pemerintah telah menggalakkan kampanye “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat” (GERMAS), implementasinya masih belum merata. Sosialisasi tentang penyimpanan makanan yang aman, seperti penggunaan wadah kedap udara dan pemisahan antara makanan matang dan bahan mentah, sering kali hanya menyentuh kalangan terdidik.

Di sisi lain, dinas kesehatan setempat kerap kewalahan menghadapi laporan kasus keracunan makanan karena terbatasnya personel dan anggaran. “Kami lebih fokus pada pengawasan restoran atau pedagang kaki lima. Masalah kebersihan di tingkat rumah tangga masih menjadi tantangan besar,” ujar seorang petugas Dinas Kesehatan Jakarta Timur yang enggan disebutkan namanya.

Langkah Preventif yang Bisa Dilakukan

Untuk mencegah terulangnya kasus serupa, ada beberapa langkah praktis yang dapat diambil:

  1. Simpan makanan dalam wadah tertutup: Pastikan nasi atau lauk disimpan dalam kontainer kedap udara dan tidak dibiarkan terbuka semalaman.
  2. Bersihkan dapur secara rutin: Sisa makanan atau remah-remah di lantai dapat mengundang tikus.
  3. Pasang perangkap atau repelent alami: Gunakan lem tikus, racun (dengan hati-hati), atau tanaman pengusir tikus seperti peppermint.
  4. Panaskan ulang makanan sebelum dikonsumsi: Pemanasan hingga 70°C dapat membunuh sebagian besar bakteri.

BACA JUGA: Makanan Lok Lak Khas Kamboja Paling Enak dan Wajib Kamu Coba

Share: Facebook Twitter Linkedin