Fermentasi adalah proses biokimia yang melibatkan mikroorganisme, seperti bakteri, ragi, dan jamur, yang mengubah bahan makanan atau minuman menjadi produk baru dengan karakteristik yang berbeda. Selain mengubah rasa dan tekstur, fermentasi juga dapat menghasilkan alkohol sebagai hasil sampingan dari proses tersebut. Beberapa jenis makanan fermentasi, baik yang umum maupun yang lebih eksotik, dapat mengandung alkohol dalam jumlah yang bervariasi. Meskipun sebagian besar alkohol dalam makanan fermentasi ini tidak cukup tinggi untuk memberikan efek memabukkan, kandungan alkohol tersebut tetap ada dan dapat mempengaruhi rasa dan manfaat kesehatan dari makanan tersebut.
Berikut adalah lima makanan fermentasi yang bisa mengandung alkohol:
1. Tempeh
Tempeh adalah salah satu produk fermentasi kedelai yang populer, terutama di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Proses pembuatan tempeh melibatkan fermentasi kedelai dengan jamur Rhizopus oligosporus. Selama proses fermentasi ini, ada kemungkinan terjadinya produksi alkohol dalam jumlah kecil, meskipun alkohol tidak menjadi tujuan utama dalam pembuatan tempeh.
Alkohol yang dihasilkan pada tempeh tidak cukup untuk menyebabkan efek mabuk, namun keberadaan alkohol dapat mempengaruhi rasa dan karakteristik tempeh. Pada umumnya, tempeh mengandung sedikit alkohol yang terbentuk sebagai hasil sampingan dari fermentasi, yang dapat memberikan sentuhan rasa khas. Walaupun begitu, tempeh tetap menjadi pilihan makanan yang sehat karena mengandung banyak protein, serat, dan berbagai vitamin serta mineral.
2. Kefir
Kefir adalah minuman fermentasi yang berasal dari susu, baik susu sapi, kambing, maupun susu nabati seperti susu kelapa. Kefir terbuat dari fermentasi susu menggunakan biji kefir yang terdiri dari campuran bakteri asam laktat dan ragi. Proses fermentasi yang dilakukan oleh ragi dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah yang bervariasi, tergantung pada durasi fermentasi dan jumlah ragi yang digunakan.
Pada kefir, kandungan alkohol biasanya sangat rendah, sekitar 0,5% hingga 2% alkohol. Meskipun demikian, kadar alkohol ini cukup untuk memberikan rasa sedikit asam dan efek menenangkan pada tubuh. Dalam kefir yang diproduksi secara komersial, kadar alkohol rajazeus biasanya diatur dan dikendalikan agar tetap aman untuk konsumsi, tetapi minuman kefir rumahan yang lebih lama difermentasi mungkin mengandung sedikit lebih banyak alkohol. Bagi mereka yang sensitif terhadap alkohol atau yang menghindari alkohol, penting untuk memeriksa label produk kefir.
3. Kimchi
Kimchi adalah hidangan fermentasi khas Korea yang terbuat dari sayuran, terutama kubis dan lobak, yang difermentasi dengan menggunakan bakteri asam laktat. Meskipun kimchi terkenal dengan rasa pedas dan asam, makanan ini juga dapat mengandung alkohol dalam jumlah kecil. Proses fermentasi yang terjadi pada kimchi melibatkan aktivitas bakteri yang mengubah gula menjadi asam laktat dan sedikit alkohol.
Alkohol dalam kimchi terbentuk sebagai hasil sampingan dari fermentasi, meskipun kadar alkoholnya sangat rendah, sekitar 0,5% hingga 1%. Beberapa varian kimchi yang difermentasi lebih lama dapat mengandung sedikit lebih banyak alkohol, tetapi umumnya kadar alkohol tersebut tidak cukup untuk memberikan efek mabuk atau mengganggu tubuh. Namun, alkohol yang ada dapat mempengaruhi rasa kimchi, memberikan kedalaman rasa yang lebih kompleks.
4. Natto
Natto adalah makanan fermentasi tradisional Jepang yang terbuat dari kedelai yang difermentasi dengan menggunakan bakteri Bacillus subtilis. Proses fermentasi pada natto tidak hanya mengubah tekstur kedelai menjadi lebih lengket dan kenyal, tetapi juga dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah kecil. Meskipun alkohol dalam natto biasanya berada pada tingkat yang sangat rendah, namun keberadaannya bisa mempengaruhi aroma khas yang dimiliki oleh natto.
Penting untuk dicatat bahwa alkohol dalam natto tidak menjadi elemen utama dalam rasa atau proses fermentasi, tetapi tetap bisa ada sebagai hasil sampingan. Natto kaya akan protein, vitamin K2, dan berbagai enzim yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan dan kekuatan tulang, menjadikannya makanan yang sangat bergizi meskipun mengandung alkohol dalam jumlah yang tidak signifikan.
5. Sauerkraut
Sauerkraut adalah hidangan fermentasi yang terbuat dari kubis yang dicincang dan difermentasi dengan garam untuk menghasilkan asam laktat. Proses fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam laktat yang mengubah gula dalam kubis menjadi asam laktat. Meskipun proses fermentasi utama pada sauerkraut menghasilkan asam laktat, alkohol dapat terbentuk dalam jumlah kecil selama fermentasi, terutama jika proses fermentasi berlangsung lebih lama.
Kandungan alkohol dalam sauerkraut biasanya sangat rendah, dan biasanya tidak lebih dari 1%. Namun, pada sauerkraut yang difermentasi lebih lama atau pada kondisi tertentu, jumlah alkohol dapat sedikit lebih tinggi. Meskipun begitu, sauerkraut tetap menjadi makanan yang bergizi karena mengandung probiotik yang baik untuk pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Rasa sauerkraut yang asam dan sedikit alkohol memberi nuansa berbeda pada makanan ini, menjadikannya pilihan populer di banyak budaya Eropa.
BACA JUGA: Kue Lapis Legit: Kue Ribuan Lapis dengan Rasa Mentega yang Kayaz